Desember 07, 2015

Bunuh Diri Pada Remaja

BAB I
PENDAHULUAN


1.1       Latar belakang masalah
Beck (dalam Halgin & Whitbourne, 2003) mengatakan bahwa bunuh diri adalah hilangnya harapan yang dicetuskan oleh ketidakmampuan individu dalam mengatasi stress. Shneidman (Dalam Halgin & Whitbourne, 2003) menyatakan bahwa individu yang mencoba bunuh diri adalah individu yang mencoba untuk mengkomunikasikan rasa frustasinya kepada seseorang yang dianggap penting oleh individu tersebut.
Kasus bunuh diri pada anak dan remaja semakin banyak terjadi dibandingkan sebelumnya. Dari hasil statistic di Amerika diperoleh data bahwa pada anak-anak di bawah umur 15 tahun sekitar 1-2 dari 100.000 anak memiliki keinginan bunuh diri, sedangkan dari umur 15-19 tahun, sekitar 11 dari 100.000 remaja yang ingin melakukan bunuh diri.
Fakta belakangan member kesan bahwa penyalahgunaan zat dan senjata api, serta masalah hubungan (relationship) pada anak-anak bertanggung jawab untuk meningkatnya angka bunuh diri pada kelompok ini. Cara yang dipilih anak-anak untuk melakukan bunuh diri tergantung pada senjata mematikan apa yang tersedia serta umur mereka. Pada Negara-negara dimana senjata api selalu tersedia, misalnya di Amerika, mka senjata pi adalah lat utama yang digunakan untuk bunuh diri. Cara bunuh diri lainnya adalah gantung diri dan meracuni diri.

1.2       Rumusan Masalah
1.2.1                     Apa pengertian Remaja?
1.2.2                     Apa definisi bunuh diri?
1.2.3                     Apa faktor penyebab remaja bunuh diri?
1.2.4                     Bagaimana cara pencegahannya?
1.2.5                     Bagaimana cara mengatasi bunuh diri pada remaja?

1.3       Tujuan penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui:
1.3.1                     Pengertian remaja
1.3.2                     Definisi bunuh diri
1.2.3                     Faktor  penyebab remaja bunuh diri
1.2.4                     Cara pencegahan bunuh diri pada remaja
1.2.5                     Cara mengatasi bunuh diri pada remaja

1.4       Manfaat penulisan
Makalah ini dituliskan agar bermanfaat bagi:
1.4.1 Mahasiswa
Untuk mahasiswa, tulisan ini bermanfaat menambah pengetahuan mahasiswa tentang bunuh diri pada remaja.
1.4.2 Orang tua dan masyarakat
Untuk Orang tua dan  masyarakat, makalah ini bermanfaat membantu masyarakat untuk mengetahui apa itu bunuh diri pada remaja, faktor  penyebab dan juga cara pencegahannya.







BAB II
PEMBAHASAN



2.1 Pengertian Remaja

Kata “remaja” berasal dari bahasa latin yaitu adolescere  yang berarti  to grow  atau to grow maturity (Golinko, 1984 dalam Rice, 1990).
Banyak tokoh yang memberikan definisi tentang remaja, seperti DeBrun (dalam Rice, 1990) mendefinisikan remaja sebagai periode pertumbuhan antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa. Papalia dan Olds (2001) tidak memberikan pengertian remaja (adolescent) secara eksplisit melainkan secara implisit melalui pengertian masa remaja (adolescence). Menurut Papalia dan Olds (2001), masa remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa yang pada umumnya dimulai pada usia 12 atau 13 tahun dan berakhir  pada usia akhir belasan tahun atau awal dua puluhan tahun. Menurut Adams & Gullota masa remaja meliputi usia antara 11 hingga 20 tahun. Sedangkan Hurlock (1990) membagi masa remaja menjadi masa remaja awal (13 hingga 16 atau 17 tahun) dan masa remaja akhir (16 atau 17 tahun hingga 18 tahun). Masa remaja awal dan akhir dibedakan oleh Hurlock karena pada masa remaja akhir individu telah mencapai transisi perkembangan yang lebih mendekati masa dewasa. Papalia & Olds (2001) berpendapat bahwa masa remaja merupakan masa antara kanak-kanak dan dewasa. Sedangkan Anna Freud (dalam Hurlock, 1990) berpendapat bahwa pada masa remaja terjadi  proses perkembangan meliputi perubahan-perubahan yang berhubungan dengan perkembangan  psikoseksual, dan juga terjadi perubahan dalam hubungan dengan orangtua dan cita-cita mereka, dimana pembentukan cita-cita merupakan proses pembentukan orientasi masa depan.


2.2 Definisi bunuh diri
            Percobaan bunuh diri atau bunuh diri istilah yang digunakan ketika anak atau orang dewasa bermaksud sebagian atau seluruhnya/membuat dirinya mati dengan perbuatan sendiri. Bunuh diri adalah perbuatan menghentikan hidup sendiri yang dilakukan oleh individu itu sendiri atau atas permintaannya. Alasan atau motif bunuh diri bermacam-macam, namun biasanya didasari oleh rasa bersalah yang sangat besar, karena merasa gagal untuk mencapai sesuatu harapan. WHO mengatakan dalam satu tahun ada satu juta orang melakukan bunuh diri. Di Amerika sendiri tindakan bunuh diri merupakan peringkat sebelas dari penyebab kematian. Dikatakan bahwa wanita lebih banyak 3 kali dibanding pria. Walaupun demikian laki-laki berperanan juga terjadinya bunuh diri pada wanita. Seperti menyakiti, menganiaya, memperkosa yang mambuat perempuan akhirnya nekad bunuh diri. Makanya bunuh diri menjadi penyebab kematian kedua pada remaja.

2.3  Faktor penyebab remaja bunuh diri
2.3.1        Gangguan Jiwa
Gangguan jiwa seringkali terjadi pada seseorang saat melakukan bunuh diri dengan angka kejadian berkisar antara 27% hingga lebih dari 90%. Orang yang pernah dirawat di rumah sakit jiwa memiliki risiko melakukan tindakan bunuh diri yang berhasil sebesar 8.6% selama hidupnya. Sebagian dari orang yang meninggal karena bunuh diri bisa jadi memiliki gangguan depresi mayor. Orang yang mengidap gangguan depresi mayor atau salah satu dari gangguan keadaan jiwa seperti gangguan bipolar memiliki risiko lebih tinggi, hingga mencapai 20 kali lipat, untuk melakukan bunuh diri. Kondisi lain yang turut terlibat adalah schizophrenia(14%), gangguan kepribadian (14%),gangguan bipolar, dan gangguan stres pasca-trauma. Sekitar 5% pengidap schizophrenia mati karena bunuh diri. Gangguan makan juga merupakan kondisi berisiko tinggi lainnya. Riwayat percobaan bunuh diri di masa lalu merupakan alat prediksi terbaik terjadinya tindakan bunuh diri yang akhirnya berhasil. Kira-kira 20% bunuh diri menunjukkan adanya riwayat percobaan di masa lampau. Lalu, dari sekian yang pernah mencoba melakukan bunuh diri memiliki peluang sebesar 1% untuk melakukan bunuh diri yang berhasil dalam tempo satu tahun kemudian  dan lebih dari 5% melakukan bunuh diri setelah 10 tahun. Meskipun tindakan melukai diri sendiri bukan merupakan percobaan bunuh diri, namun adanya perilaku suka melukai diri sendiri tersebut meningkatkan risiko bunuh diri. Dari kasus bunuh diri yang berhasil, sekitar 80% individu yang melakukannya telah menemui dokter selama setahun sebelum kematian, termasuk 45% di antaranya yang menemui dokter dalam satu bulan sebelum kematian. Sekitar 25–40% orang yang berhasil melakukan bunuh diri pernah menghubungi layanan kesehatan jiwa pada tahun sebelumnya.
2.3.2        Masalah Perjudian Masalah perjudian pada seseorang dikaitkan dengan meningkatnya keinginan bunuh diri dan upaya-upaya melakukan tindak bunuh diri dibandingkan dengan populasi umum. Antara 12 dan 24% pejudi patologis berusaha bunuh diri. Angka bunuh diri di kalangan istri-istri mereka tiga kali lebih besar daripada populasi umum. Faktor lain yang meningkatkan risiko pada mereka dengan masalah perjudian meliputi penyakit mental, alkohol dan penyalahgunaan narkoba.
2.3.3        Kondisi Medis Terdapat hubungan antara bunuh diri dan masalah kesehatan fisik, mencakup: sakit kronis, cedera otak traumatis, kanker, mereka yang menjalani hemodialisis, HIV, lupus eritematosus sistemik, dan beberapa lainnya. Diagnosis kanker membuat risiko bunuh diri menjadi kira-kira dua kali lipat. Angka kejadian bunuh diri yang meningkat tetap tinggi setelah disesuaikan dengan penyakit depresi dan penyalahgunaan alkohol. Pada orang yang memiliki lebih dari satu kondisi medis, risiko tersebut sangat tinggi. Di Jepang, masalah kesehatan termasuk dalam daftar utama diperbolehkannya bunuh diri.
2.3.4        Stres kehidupan  Stres kehidupan yang terjadi dalam beberapa waktu terakhir seperti kehilangan anggota keluarga atau teman, kehilangan pekerjaan, atau isolasi sosial (seperti hidup sendiri) meningkatkan risiko tersebut. Orang yang tidak pernah menikah juga berisiko lebih besar. Bersikap religius dapat mengurangi risiko seseorang untuk melakukan bunuh diri. Hal ini dikaitkan dengan pandangan negatif sebagian besar agama yang menentang perbuatan bunuh diri dan dengan lebih besarnya rasa keterikatan yang bisa diberikan oleh agama. Muslim, di antara umat beragama, tampaknya memiliki tingkat yang lebih rendah.
2.3.5        Pelecehan Seksual Sejumlah orang mungkin ingin bunuh diri untuk melarikan diri dari intimidasi atau tuduhan. Riwayat pelecehan seksual pada masa kecil dan dan saat menjadi anak asuh juga merupakan faktor risiko. Pelecehan seksual diyakini memberi kontribusi sekitar 20% dari keseluruhan risiko. evolusioner menjelaskan bahwa persoalan bunuh diri bisa meningkatkan kemampuan inklusif. Hal ini dapat terjadi jika orang yang ingin bunuh diri tidak dapat lagi memiliki anak dan mengangkat anak dari kerabatnya dengan tetap bertahan hidup. Hal yang tidak dapat disetujui adalah bahwa kematian pada remaja yang sehat tidak menyebabkan terjadinya kemampuan inklusif. Proses adaptasi terhadap lingkungan adat nenek moyang yang sangat berbeda mungkin menjadi proses yang maladaptif dalam kondisi saat ini.
2.3.6        Kemiskinan Kemiskinan dikaitkan dengan risiko bunuh diri. Meningkatnya kemiskinan relatif seseorang yang dibandingkan dengan orang yang ada di sekitarnya dapat meningkatkan risiko bunuh diri. Lebih dari 200.000 petani di India telah melakukan bunuh diri sejak tahun 1997, yang sebagian karena persoalan utang. Di Cina, kemungkinan peristiwa bunuh diri terjadi tiga kali lipat di daerah pedesaan di pinggiran kota, yang diyakini akibat kesulitan keuangan di area ini di negara tersebut.
2.3.7        Media Masa Media Media, termasuk internet, memainkan peranan penting. Caranya menyajikan gambaran bunuh diri mungkin saja memiliki efek negatif dengan banyaknya tayangan yang mencolok dan berulang yang mengagungkan atau meromantiskan tindakan bunuh diri dan memberikan dampak terbesar. Bila digambarkan secara rinci tentang cara melakukan bunuh diri dengan menggunakan cara tertentu, metode bunuh diri mungkin saja meningkat dalam populasi secara keseluruhan. Pemicu penularan bunuh diri atau peniruan bunuh diri ini dikenal sebagai efek Werther, yang diberi nama berdasarkan tokoh protagonist dalam karya Goethe yang berjudul The Sorrows of Young Werther yang melakukan bunuh diri. Risiko ini lebih besar pada remaja yang mungkin meromantiskan kematian. Sementara media massa memiliki pengaruh yang signifikan, efek dari media hiburan masih tampak samar-samar. Kebalikan dari efek Werther adalah pengusulan efek Papageno, yaitu cakupan yang baik mengenai mekanisme cara mengatasi masalah secara efektif, mungkin memiliki efek perlindungan. Istilah ini didasarkan pada karakter dalam opera Mozart yang berjudul The Magic Flute yang akan melakukan bunuh diri karena takut kehilangan orang yang dicintainya sampai teman-temannya menyelamatkannya. Bila media mengikuti pedoman pelaporan yang sesuai, risiko bunuh diri dapat diturunkan. Namun, kepatuhan dari industri tersebut bisa saja sulit didapatkan terutama dalam jangka panjang
2.3.8        Perokok Merokok tidak hanya merusak kesehatan fisik, tetapi juga mental. Peneliti dari Washington University School of Medicine menemukan, peningkatan pajak harga rokok berhubungan dengan penurunan kasus bunuh diri di suatu daerah. Mereka menyimpulkan, merokok berhubungan dengan tindakan nekat tersebut. Diperkirakan dampak merokok terhadap bunuh diri berhubungan dengan sifat adiksi yang diberikan rokok.
2.3.9        Remaja dengan gegar otak Cidera otak karena trauma dapat merusak kesehatan saraf remaja yang masih bertumbuh. Sebuah studi baru-baru ini menemukan, gegar otak juga berhubungan dengan kematian dini, yang paling sering adalah akibat bunuh diri. Remaja yang mengalami gegar otak tiga kali lebih mungkin untuk bunuh diri.
2.3.11    Pemusik Steve Sack, direktur di Center for Suicide Research dan profesor di Wayne State Uniersity menjelaskan, laju bunuh diri di antara pemusik tiga kali lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata nasional. Ini karena pekerja seni, termasuk penulis, aktor, atau pelukis, lebih rentan terpapar depresi dan pikiran-pikiran bunuh diri.
2.3.12    Dewasa dengan asperger Sindrom asperger merupakan salah satu gangguan spektrum autis. Kondisi ini dapat menyebabkan seseorang mengalami kesulitan berkomunikasi dan gangguan perilaku. Sebuah studi baru-baru ini pada populasi di Inggris menunjukkan, orang dengan asperger sembilan kali lebih mungkin untuk memikirkan bunuh diri di beberapa titik dalam hidupnya. Ini mungkin dikarenakan mereka cenderung merasa depresi akibat isolasi sosial, kesepian, tidak berprestasi, dan pengangguran.
2.3.13    Masalah cinta Sebagai pelampiasan dari kehidupan keluaganya yang buruk, banyak remaja yang memilih untuk menjalin hubungan dengan lawan jenisnya. Bunuh diri sering terjadi saat orang tua menentang keinginan anaknya untuk menikah.

2.4       Cara pencegahan bunuh diri pada remaja
Keprihatinan tentang peningkatan insiden bunuh diri diantara para remaja, diperlukan penyuluhan permasalahan bunuh diri baik di sekolah maupun masyarakat umum, antara lain melalui:
2.4.1                     Meningkatkan kesadaran tentang permasalahan bunuh diri pada anak, remaja, atau dewasa muda.
2.4.2                     Meningkatkan pengetahuan tentang gambaran klinis anak/remaja sebelum bunuh diri.
2.4.3                     Memberikan nasihat yang bersifat informasi atau merujuk remaja yang diketahui berisiko/bertingkah laku bunuh diri ke sumber-sumber yang tepat.
2.4.4                     Pertolongan yang tepat harus diberikan kepada setiap remaja yang bunuh diri.
2.4.5                     Program penjaringan untuk mengtahui anak remaja dan orang dewasa berisiko tinggi untuk bunuh diri.
2.4.6                     Dibentuknya suatu pusat-pusat kegawatan, hubungan telepon langsung dan cepat (hot line).
2.4.7                     Intevensi seteah suatu percobaan bunuh diri untuk membantu mencegah atau memutus lingkaran bunuh diri.
2.4.8                     Membantu remaja dan orang dewasa muda untuk mengatasi rasa kehilangan setelah kematian tiba-tiba atau bunuh diri seorang teman.




2.5       Cara mengatasi bunuh diri pada remaja
Saat seseorang berpikir untuk bunuh diri atau bahkan mencoba untuk bunuh diri, berikut ini ada beberapa hal yang harus dilakukan:
2.5.1                     Tanggapilah dengan serius.
Banyak orang dewasa yang beranggapan bahwa anak-anak dan remaja tidaklah sungguh-sungguh bermaksud ingin bunuh diri saat mereka menyatakan tentang bunuh diri. Dari data yang dikumpulkan slama dua puluh tahun terakhir menunjukkan bahwa tekadang anak benar-benar bermaksud ingin bunuh diri.
2.5.2                     Singkirkan pikiran bahwa membicarakan tentang bunuh diri adalah hal yang tabu. Bila seorang anak merasa depresi, mereka mungkin terkadang berpikir tentang bunuh diri.
2.5.3                     Berikan pengawasan.
bila seorang anak pernah melakukan percobaan bunuh diri tau mempunyai rencana bunuh diri, pastikan bahwa ia tidak pernah sendirian. Ini mungkin perlu untuk beberapa hari bahan lebih lama lagi. Hal ini benar-benar memerlukan perhatuan penuh.
2.5.4                     Hindari manipulasi.
Beberapa orang menggunkan pikiran ingin bunuh diri dan usaha bunuh dirinya untuk mndapatkan apa yang mereka inginkan atau untuk menghindari apa yang tidak mereka inginkan. Dengan tidak mengikuti kemauan ini, banyak orang tua (dengan sedikit bantuannya) dapat mencegah usaha pecobaan bunuh diri ini.
2.5.5                     Mencegah bunuh diri dengan mempersempit kemungkinan untuk mendapat sarana untuk melaksanakan seperti: senjata api, pil, zat-zat dan alat-alat lain (seperti untuk gantung diri).












BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
                Berdasarkan factor-faktor  yang telah disebutkan sebeumnya, mengatakan bahwa bunuh diri tidak terjadi secara acak dan bahwa tidak ada unsur universal potensial untuk itu. Korban bunuh diri ini cenderung dari individu dengan gangguan jiwa atau mental tertentu seperti depresi. Selain itu perilku bunuh diri pada mereka yang mengalami stress, dipengaruhi juga oleh: a. Tersedianya alat-alat atau sarana untuk melakukan bunuh diri. B. Kemungkinan factor keluarga atau teman individu yang memandang bunuh diri itu sebagai suatu hal yang sah, dapat dimengerti, atau tingkah laku yang benar atau sebagai suatu yang kurang dapat dimengerti atau perbuatan romantic.

3.2 Saran                                                                                                                               
                Sebagaimana yang telah diketahui bahwa bunuh diri itu bukanlah solusi dari suatu pemasalahan yang sedang di alami, maka dari itu diharap kan kepada orang tua dan lingkungan untuk dapat memberikan pengertian kepada anak/invidu yang sedang mengalami permasalahan agar tidak brpikir untuk menyelesaikan npermasalahanya dengan bunuh diri. Orang tua lebih memberikan pengawasan kepada anak, dapat mengerti dan memahami apa yang sedang dialami anak, dan juga disitulah diperlukan hubungan baik dalam keluarga atau kedekatan orang tua dengan anak.














DAFTAR PUSTAKA

Linehan et al. Suicide. Dalam: Children and Mental Health in Mental Health, 1993: 3-8.

Rockville. Depression and Suicide in Children and mental Health, Dalam: Mental Health. 1999, chapter 3.

Romo C. Against Child Abuse. Daily journal Article, july 8, 2002.

Shaffer D, Hick R. Suicide and suicidial Behaviors.  Dalam: McAnarney ER, kreipe RE, Orr DP, Comerci GD, penyunting. Textbook of Adolescent Medicine. Philadelphia: Saunders, 1992:979-986.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar